Kemarin sore (Minggu, 17 September 2017), saat saya melakukan perjalanan npulang dari Kokok Putik menuju kampung halaman saya (Dusun Sukamulia), saya merasa badan saya cukup pegal sehingga saya beristirahat di sekitaran Pantai Lian Dusun Menanga Baris (sebelah selatan Pantai Pidana). Saya beristirahat di tepi pantai sambil melihat ombak yang berhempas ke tepian pantai yang airnya dalam keadaan surut. Saat duduk-duduk di atas pasir, saya melihat anak-anak berkumpul di dekat susunan deker yang berdiri cukup tinggi. Di tempat itu juga tampak seorang ibu-ibu sedang mengisi air pada sebuah tong yang berukuran tidak terlalu besar.
Saya tercengang mendengar jawabannya sebab mustahil ada mata air tawar di genangan ombak yang rasanya tidak ada asin-asinnya. Bahkan kalau air laut sedang pasang, mata air itu berada di dalam laut. Sayapun mencicipi air itu, ternyata memang benar, rasanya sangat segar tanpa ada sedikitpun rasa asin atau payau. Saya kemudian meminum air itu dalam jumlah yang lumayan banyak dan memang benar air itu ada rasa manis-manisnya, bahkan lebih terasa manis dari Air Kemasan yang bernama Le Mineral. Luar biasa, padahal air itu bersumber dari wilayah laut, namun rasanya tidak asin sama sekali. Sungguh kuasa pencipta-Nya.
Menurut keterangan Inaq Anti, mata air ini memang ada sejak lama dan itu dijadikan sebagai sumber air bersih untuk air minum dan memasak bagi masyarakat yang tinggal di sekitaran pantai itu. Untuk menjaga kelestarian mata air itu maka pada tahun 2010 warga setempat menampungnya dengan menggunakan deker sehingga meskipun air laut naik, warga tetap dapat mengambil air dari mata air tersebut. Perempuan itu juga menceritakan bahwa jika air laut sedang pasang maka dua diantara empat deker yang didirikan sebagai tempat menampung mata air itu tertutup oleh air laut sebab itu warga membuat tiga buah peloncoran (lobang pancuran) mulai dari deker paling bawah hingga ujung deker yang kedua supaya warga dapat mengambil air pada saat air dalam keadaan laut pasang.
Muslihin juga menceritakan bahwa air Mualan Tawah bisa bertahan lama jika disimpan di dalam botol atau tong. Kantanya air tersebut tidak akan berubah warna ataupun berubah bau dan rasa, meskipun ditaruh (disimpan) dalam waktu berbulan-bulan.
Saya semakin tercengang mendengar cerita tersebut. Inilah salah satu bukti kekuasaan Allah SWT dimana dengan kekuasaan dan keagungan-Nya, IA dapat menciptakan hal yang kita anggap tidak mungkin menjadi mungkin. Perlu diketahui bahwa di wilayah pantai sekitaran Pelabuhan Kayangan juga terdapat beberapa mata air tawar di dalam laut, namun rasanya agak payau, seperti Mata Air Timba Maling dan Mata Air Berte. Sangat berbeda dengan yang satu ini, Mata Air Mualan Tawah yang memiliki rasa yang segar dan tidak payau atau asin sedikutpun.
Warga dan pencinta Kampung Media yang kami banggakan, demikianlah segelumit informasi yang dapat kami sampaikan pada artikrl kali ini. Semoga bermanfaat bagi siapa saja yang sempat mengunjungi halaman Blog Kampung Media dan membaca artikel ini. Termikasih atas kunjungannya dan salam dari kampung. []
_By. Asri The Gila_
Komentar